Selasa, 09 November 2010

Mengingatkan Kembali Semangat Kepahlawanan 10 November 1945


Bung TomoPase perjuangan rakyat melawan Sekutu yang disusupi NICA adalah saat paling berdarah-darah dalam episode perjuangan RI mempertahankan republik ini sejak diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta sebagai wakil Rakyat Indonesia. Saat dimana ribuan pejuang kita gugur sebagai seorang suhada untuk mempertahankan tanah kelahirannya. Wajarlah jika 10 November dijadikan sebagai hari pahlawan.

Nusantara yang sudah diproklamasikan ini malah diserahkan oleh Jepang kepada Sekutu yang diboncengi oleh NICA. Bangsa kita menolak bangsa apapun yang masuk, karena pada hakikinya Jepang tidak berhak atas tanah yang sudah diproklamasikan ini.

Pihak sekutu yang diwakili oleh Komando Asia Tenggara (South East Asia Command atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mounbatten. Pasukan Sekutu yang bertugas di Indonesia adalah Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison. AFNEI merupakan komando bawahan dari SEAC. Tugas AFNEI di Indonesia adalah:
  1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang, NICA kependekan dari Netherland Indies Civil Administration. NICA adalah orang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australia ketika Jepang datang dan membentuk kekuatan baru untuk menguasai Hindia Belanda kembali. Kedatangan NICA ke Indonesia dipimpin oleh van der Plass dan van Mook.
  2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu,
  3. melucuti orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan ke negaranya,
  4. menjaga keamanan dan ketertiban (law and order), dan
  5. menghimpun keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang dianggap sebagai penjahat perang.

Pada awalnya rakyat Indonesia menyambut kedatangan Sekutu dengan senang. Akan tetapi setelah diketahui NICA ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. Kedatangan NICA di Indonesia didorong oleh keinginan menegakkan kembali Hindia Belanda dan berkuasa lagi di Indonesia.Datangnya pasukan Sekutu yang diboncengi NICA mengundang perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini berbagai perlawanan terhadap Sekutu yang muncul di daerah-daerah.

Berbagai penolakan yang dilakukan oleh Rakyat Indonesia dapat dilihat dari berbagai pertempuran yang dilakukan oleh pejuang rakyat. Pertempuran-pertempuran itu yaitu:

1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Perang yang terjadi pada 10 November 1945 bolehlah kita katakan sebagai perang yang paling horoik dalam sejarah perjuangan RI untuk melawan penjajah. Perang yang dilakukan terhadap pasukan sekuti ini terjadi di Surabaya terhadap pasukan Inggris yang telah diboncengi NICA.

Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa dan tujuh hari kemudian tepatnya pada 8 Maret 1942, Pemerintah Kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu Indonesia diduduki Jepang. Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh AS. Peristiwa itu terjadi Agustus 1945.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 kevakuman ini dimanfaatkan oleh pemuda-pemudi Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan. Sebelum sekutu melucuti persenjataan Jepang, para pejuang RI berupaya lebih dahulu melucuti persenjataan tentara Dai Nippon Jepang.

Terjadilah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di sejumlah daerah. Ketika gerakan untuk melakukan perlucutan senjata Jepang ini tentara Inggris mendarat di Jakarta pada tanggal 15 September 1945, kemudian juga mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945.

Tentara Inggris ini datang ke Indonesia bertugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi dibalik misi ini ternyata NICA sudah disusupkan dalam kedatangan tentara sekutu ini. Rupanya tentara Inggris membawa misi juga mengembalikan wilayah hindia Belanda kepada pasukan Belanda yang satuannya bernama NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Inilah awal kemarahan para pejuang RI diseluruh nusantara.

Di Surabaya dikibarkannya bendera Belanda, Merah Putih Biru, dihotel Yamamato, yang menyulut berkobarnya bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dan badan-badan perjuangan yang dibentuk rakyat. Bentrokan bersenjata antara tentara Inggris dengan para pejuang RI ini memuncak setelah terbunuhnya Bragadir Jenderal Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur) pada 30 Oktober.

Atas kematian Mallaby ini, pasukan Inggris mengeluarkan ultimatum yang isinya sangat melecehkan para pemuda pejuang dan rakyat Indonesia. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan melatekkan senjatanya di tempat yang ditentukan. Kemudian diharuskan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan ke atas. Ultimatum ini diberi batas waktu sampai pukul 06.00, tanggal 10 November 1945.

Ultimatum ini ditolak mentah-mentah oleh pihak Indonesia, bahkan jadi bahan olok-olokan oleh rakyat Indonesia. Apalagi Republik Indonesia telah berdiri dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat negara juga sudah terbentuk. Kedaulatan RI tidak bisa dihilangkan oleh tentara Inggis di Surabaya.

Pada tanggal 10 November 1945 pagi hari tentara Inggis mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat dengan mengarahkan sekitar 30 ribu serdadu (ada sebagian serdadu Inggris ini tentara Gurkha yang berasal dari India), 50 pesawat terbang, dan sejumlah besar kapal perang. Pada awalnya pihak Inggris menganggap remeh para pejuang.

Mereka beranggapan dengan melakukan serangan dengan kuantitas tersebut, hanya dalam tempo tiga hari atau seminggu saja para pejuang yang tergabung dalam TKR dapat ditaklukkan. Mereka menduga bahwa persenjataan modern mereka sangat canggih dan cukup efektif menghadapi para pemuda TKR.

Namun diluar dugaan perang ternyata cukup lama, melelahkan dan banyak membuat stress tentara Inggris di Surabaya. Sebenarnya jika saja pasukan bantuan Inggris yang berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah terlambat datang, mungkin TKR dan rakyat dapat mengalahkan pasukan Inggris yang bersenjata lengkap ini. Bahkan Pimpinan Inggris di Surabaya sempat melakukan kontak dengan Sukarno, dan meminta tolong agar perlawanan TKR dan rakyat dihenghentikan, dan melakukan diolog. Tetapi ternyata ini hanya strategi Inggris untuk mengulur waktu agar pasukannya yang berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah dapat sampai di Surabaya terlebih dahulu.

Perlawanan TKR yang luar biasa ini tidak hanya seminggu namun dapat bertahan sampai lebih dari sebulan. Perlawanan Rakyat pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Sebelum seluruh kota benar-benar dapat dikuasai pasukan Inggris perlawanan rakyat tepat sengit.

Mati satu tumbuh seribu, demikianlah istilah yang tepat ketika para pemuda dari berbagai pelosok Jawa bahkan dari luar Jawa ikut datang dan berperang. Bung Tomo melalui siaran radio melakukan pidato yang berapi-api untuk menyemangai para pemuda, tidak saja dipulau Jawa tetapi gaungnya sampai keseluruh Nusantara.

Demikian banyaknya para pejuang dan rakyat yang gugur dalam pertempuran tersebut. Inilah yang menjadi memontum penting sejarah perjuangan RI, dan dijadikannya 10 November sebagai Hari Pahlawan. Semangat para pemuda yang rela berkorban tetap kita ingat sampai sekarang.

2. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember 1945, antara pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945.

Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI.

Mengingat posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa.

3. Pertempuran Medan Area 1 Desember 1945

Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda).

Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA.

Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan. Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan.

Berbagai pertempuran tersebut membuktikana bahwa REPUBLIK INDONESIA telah berdiri tidak ada satupun bangsa yang berhak masuk dan menjajah kembali, demikian juga dengan anjing NICA. Semoga NKRI tetap jaya. Amiin.
 

Label: