Senin, 08 November 2010

Korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi yang berada di Rumah Sakit (RS) Dr Sardjito Yogyakata pada Senin bertambah sembilan orang, sehingga total korban yang meninggal menjadi 97 orang. "Pagi ini, kami menerima enam jenasah dari hasil evakuasi Cangkringan yaitu lima jenasah dari Dusun Plumbon dan satu jenasah dari Dusun Glagahsari ditambah tiga jenasah dari perawatan bangsal," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Dr Sardjito Trisno Heru Nugroho, di Yogyakarta, Senin. Menurut dia, ketiga korban yang meninggal dunia setelah perawatan bangsal tersebut berasal dari ICU satu orang, instalasi rawat inap satu orang dan dari perawatan ICCU satu orang. RS Dr Sardjito kini masih merawat 29 orang korban luka bakar dan 74 orang yang menjalani perawatan nonluka bakar, sehingga total pasien yang masih dirawat di rumah sakit rujukan tersebut berjumlah 103 orang. Pada Minggu (7/11), tim forensik RS Dr Sardjito dibantu tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda DIY telah berhasil melakukan identifikasi secara penuh terhadap 48 dari 88 jenasah yang diterima rumah sakit tersebut. Ia mengatakan tim forensik RS Dr Sardjito akan mengidentifikasi terhadap korban yang baru ditemukan tersebut. Pada Minggu (7/11), Instalasi Kedokteran Forensik RS Dr Sardjito telah mengeluarkan 77 jenasah, 64 jenasah dikubur masaal di Margodadi Sayegan Sleman dan 13 jenasah dikebumikan oleh masing-masing keluarganya. Sementara itu, puluhan balita yang ditampung di tempat pengungsian khusus ibu hamil dan balita di Pusat Pengungsian Bencana Letusan Gunung Merapi di Stadion Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, mulai terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). "Sekitar 20 dari 250 balita yang ditampung di sini mulai terserang insfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dengan gejala batuk dan pilek," kata relawan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Siswanto, di Stadion Maguwoharjo, Senin. Menurut dia, penyebab terserangnya balita tersebut diduga kuat karena kebanyakan mereka tidur hanya beralas tikar karena jumlah kasur yang ada terbatas. "Jumlah balita yang sakit paling banyak memang pada hari pertama mereka tiba di stadion, Jumat (5/11). Setelah itu tiap hari berkisar antara 20 hingga 30 anak yang sakit, dan mayoritas terserang ISPA, dan batuk-pilek," katanya. Ia mengatakan ibu hamil dan balita sendiri ditempatkan dalam ruang terpisah yang berjumlah empat ruang di sis barat Stadion Maguwoharjo. "Sekilas ruang itu sudah cukup aman karena tertutup dibandingkan dengan pengungsi lain yang berada di ruang terbuka, tetapi meski tertutup tidurnya masih banyak yang hanya beralas tikar, dan itu kurang baik karena masih dingin," katanya. Siswanto mengatakan cuaca saat ini yang tidak menentu sehingga sering turun hujan deras, juga mengakibatkan anak-anak dan balita mudah terserang penyakit. "Minimal untuk balita tidurnya harus beralas kasur," katanya. Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Iwan yang menangani logistik ibu dan bayi di Stadion Maguwoharjo mengatakan balita usia 0 hingga 24 bulan sangat membutuhkan kasur. "Jumlah balita sebanyak 250 anak, namun belum ada setengahnya yang mendapatkan kasur untuk alas tidur. Biasanya bantuan seperti kasur itu datang langsung ke posko logistik utama, sehingga sering keduluan pengungsi lain yang sebenarnya kurang membutuhkan kasur dibandingkan dengan balita. Kami berharap jika ada bantuan kasur, langsung saja ke posko balita dan anak yang membutuhkan," katanya.

Korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi yang berada di Rumah Sakit (RS) Dr Sardjito Yogyakata pada Senin bertambah sembilan orang, sehingga total korban yang meninggal menjadi 97 orang.

"Pagi ini, kami menerima enam jenasah dari hasil evakuasi Cangkringan yaitu lima jenasah dari Dusun Plumbon dan satu jenasah dari Dusun Glagahsari ditambah tiga jenasah dari perawatan bangsal," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Dr Sardjito Trisno Heru Nugroho, di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, ketiga korban yang meninggal dunia setelah perawatan bangsal tersebut berasal dari ICU satu orang, instalasi rawat inap satu orang dan dari perawatan ICCU satu orang.

RS Dr Sardjito kini masih merawat 29 orang korban luka bakar dan 74 orang yang menjalani perawatan nonluka bakar, sehingga total pasien yang masih dirawat di rumah sakit rujukan tersebut berjumlah 103 orang.

Pada Minggu (7/11), tim forensik RS Dr Sardjito dibantu tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda DIY telah berhasil melakukan identifikasi secara penuh terhadap 48 dari 88 jenasah yang diterima rumah sakit tersebut.

Ia mengatakan tim forensik RS Dr Sardjito akan mengidentifikasi terhadap korban yang baru ditemukan tersebut.

Pada Minggu (7/11), Instalasi Kedokteran Forensik RS Dr Sardjito telah mengeluarkan 77 jenasah, 64 jenasah dikubur masaal di Margodadi Sayegan Sleman dan 13 jenasah dikebumikan oleh masing-masing keluarganya. 

Sementara itu, puluhan balita yang ditampung di tempat pengungsian khusus ibu hamil dan balita di Pusat Pengungsian Bencana Letusan Gunung Merapi di Stadion Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, mulai terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

"Sekitar 20 dari 250 balita yang ditampung di sini mulai terserang insfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dengan gejala batuk dan pilek," kata relawan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Siswanto, di Stadion Maguwoharjo, Senin.

Menurut dia, penyebab terserangnya balita tersebut diduga kuat karena kebanyakan mereka tidur hanya beralas tikar karena jumlah kasur yang ada terbatas.

"Jumlah balita yang sakit paling banyak memang pada hari pertama mereka tiba di stadion, Jumat (5/11). Setelah itu tiap hari berkisar antara 20 hingga 30 anak yang sakit, dan mayoritas terserang ISPA, dan batuk-pilek," katanya.

Ia mengatakan ibu hamil dan balita sendiri ditempatkan dalam ruang terpisah yang berjumlah empat ruang di sis barat Stadion Maguwoharjo. "Sekilas ruang itu sudah cukup aman karena tertutup dibandingkan dengan pengungsi lain yang berada di ruang terbuka, tetapi meski tertutup tidurnya masih banyak yang hanya beralas tikar, dan itu kurang baik karena masih dingin," katanya.

Siswanto mengatakan cuaca saat ini yang tidak menentu sehingga sering turun hujan deras, juga mengakibatkan anak-anak dan balita mudah terserang penyakit. "Minimal untuk balita tidurnya harus beralas kasur," katanya.

Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Iwan yang menangani logistik ibu dan bayi di Stadion Maguwoharjo mengatakan balita usia 0 hingga 24 bulan sangat membutuhkan kasur.

"Jumlah balita sebanyak 250 anak, namun belum ada setengahnya yang mendapatkan kasur untuk alas tidur. Biasanya bantuan seperti kasur itu datang langsung ke posko logistik utama, sehingga sering keduluan pengungsi lain yang sebenarnya kurang membutuhkan kasur dibandingkan dengan balita. Kami berharap jika ada bantuan kasur, langsung saja ke posko balita dan anak yang membutuhkan," katanya.

Label: